EV 1 merupakan mobil listrik pertama yang diperjual belikan di Amerika Serikat. Selama masa pengembangannya, EV 1 yang dikeluarkan oleh General Motors tersebut kerap mendapatkan catatan yang tidak baik. EV 1 ditarik dari pasaran oleh General Motors dalam waktu tujuh tahun.
Tak hanya itu, banyak produk dari General Motors yang dihancurkan dan diberikan ke museum. Mereka berpikir jika kendaraan dengan tenaga listrik merugikan. Karena banyak menimbulkan masalah teknis. Serta biaya manufakturnya juga mahal.
Tahun 2006 silam, Tesla Motors sebuah perusahaan otomotif asal California, ingin menarik perhatian pasar otomotif.
Dengan memperjualkan mobil listrik yang dianggap merugikan tersebut. Tesla Motors memicu perusahaan otomotif lainnya untuk menciptakan mobil listrik versi masing-masing.
Sejak saat itulah, kendaraan listrik terus berkembang. Hingga tahun 2017 tercatat penjualan kendaraan listrik mencapai 60 persen.
Di ramalkan pada tahun 2020, pertumbuhan penjualan kendaraan listrik akan menggeser kendaraan berbasis bahan bakar minyak.
Di tahun 2023, diramalkan kendaraan listrik akan ramai digunakan di jalan raya. Jika hal tersebut benar-benar terjadi, maka permintaan akan bahan bakar minyak akan menurun.
Kendaraan listrik juga memiliki berbagai masalah. Permasalahan terbesar saat ini terletak pada baterainya. Baterai yang dipakai merupakan Lithium Ion.
Waktu yang diperlukan untuk mengisi energi hingga penuh adalah sekitar 4 sampai 8 jam. Memang ada alternatif baterai lain seperti NiMH (Nickel metal Hydride).
Baterai NiMH terkenal lebih aman dan harganya murah. Namun Lithium Ion masih lebih unggul di bagian densitas energinya. Hal tersebut yang membuat baterai Lithium Ion menjadi pilihan untuk kendaraan listrik.
Masalah lainnya yang dapat ditimbulkan oleh kendaraan listik adalah penggunaan listrik. Untuk mengisi baterainya diramalkan pada tahun 2040 kendaraan listrik bisa menghabiskan hingga 1.900 terawatt/jam listrik.
Angka tersebut sangat besar, bahkan sebanding dengan sepuluh persen total listrik yang dihasilkan manusia pada tahun 2017.
Belum lagi sumber energi listrik juga terbatas. Selain itu, tempat pengisian baterai juga harus dipertimbangkan. Biayanya sudah pasti tidak murah.
Untuk mengantisipasi persoalan tersebut, energi listrik bisa didapatkan melalui pembangkit udara. Sudah terbukti jika produksi energi listrik dari angin bisa melebihi energi listrik yang dihasilkan dari kombinasi batu bara dan gas alam.
Prospek kendaraan listrik yang dulu dinilai merugikan, kini mulai terlihat menjanjikan. Banyak perusahaan otomotif mulai mengembangkan kendaraan listrik tersebut.
Tak terkecuali Indonesia, sekarang ini Indonesia memiliki satu kendaraan listrik berupa Kereta Rel Listrik (KRL). KRL di Indonesia sudah difungsikan dan diresmikan menjadi salah satu transportasi umum. Untuk mobil dan motor belum ada yang resmi berkeliaran di jalan raya.
Meski demikian, bukan berarti Indonesia diam saja. Banyak universitas dalam negeri yang tengah melakukan riset untuk kendaraan listrik.
Institus Teknologi Sepuluh November misalnya, universitas ini sudah mengembangkan kendaraan listrik.
Yaitu motor listrik Gesits. Daya motornya sebesar 5kW yang setara dengan motor dengan 125 cc. kecepatan lajunya bisa mencapai hingga 100 km per jam.
Waktu yang diperlukan untuk mengisi energinya adalah 1 sampai 3 jam. Rencananya motor listrik ini akan diperjual belikan ke publik. Harga yang ditawarkan adalah di bawah 20 juta rupiah.
Mengembangkan kendaraaan listrik memang memiliki prospek yang menjanjikan. Permasalahan seperti enrgi dan baterai bisa dipecahkan oleh engineer muda Indonesia.
Terlebih lagi jika para engineer ini memiliki keinginan utnuk membuat gebrakan di pasar otomotis negeri. Bagi kalian yang ingin update informasi menarik, berita terkini dan berita terbaru terus kunjungi Beritaterbuka.com.