Satelit GRACE Si Pengukur Cadangan Air Tawar

Satelit merupakan benda yang mengorbit mengitari suatu planet. Satelit ada yang alami dan ada yang buatan. Satelit alami merupakan benda langit yang mengitari planet.

Contoh satelit alami adalah Bulan yang mengitari Bumi. Sedangkan satelit buatan merupakan benda yang diorbitkan di luar angkasa untuk kepentingan manusia.

Satelit buatan memiliki berbagai jenis dan fungsi. Ada yang berfungsi untuk pemetaan, memancarkan sinyal untuk komunikasi, mengambil gambar luar angkasa, dan lain sebagainya.

Satelit buatan umumnya dibuat untuk mempermudah pekerjaan manusia dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Diketahui sudah ada sekitar 8.000 buah satelit buatan di luar angkasa. Dari sekian banyaknya satelit buatan tersebut, yang berfungsi hanya sekitar 3.000 saja.

Tak menutup kemungkinan, jika semakin lama jumlah satelit tersebut terus bertambah. Baru-baru ini, ilmuan fisika asal Australia mengembangkan sebuah satelit bernama GRACE.

Satelit tersebut bisa dipakai untuk mengetahui cadangan air tawar di Bumi. Satelit GRACE ini dilucurkan pada tanggal 22 Mei 2018 lalu.

Ilmuan fisika yang membuat satelit tersebut merasa gugup ketika satelit diluncurkan dengan roket. Sebab risiko ledakan bisa saja terjadi.

Hal itu membuat resah dirinya, karena ia telah bertaruh selama 15 tahun untuk satelit tersebut. Untungnya tidak terjadi ledakan sehingga satelit diluncurkan dengan selamat.

Satelit ini dilengkapi dengan retroreflector dan laser. Laser tersebutlah yang akan mengukur cadangan air tawar.

Selain itu, alat ini juga mampu mengukur cadangan air baik dalam bentuk beku ataupun cair. Cadangan air akan menghasilkan gaya gravitasi. Gaya graitasi itulah yang akan ditangkap oleh satelit GRACE.

Pengukuran cadangan air tawar dilakukan dari luar angkasa. Satelit GRACE mampu memprediksi cadangan air bawah tanah.

Dimana sepertiga air tawar berada adalah di bawah tanah. Semakin lama, cadangan air di dalam tanah terus berkurang.

Tugas utama satelit GRACE adalah memetakan air tanah. Kemudian hasil pemetaan tersebut bisa menggambarkan kondisi air tanah.

Gambaran tersebut bisa digunakan untuk mengetahui kekhawatiran akan hilangnya air bawah tanah. Penggunaan air bawah tanah terus-terusan dieksploitasi secara besar-besaran.

Padahal, untuk dapat terisi kembali, air tanah memerlukan waktu bertahun-tahun lamanya. Tentunya tak sebanding dengan pemakaiannya.

Sehingga dikhawatirkan air bawah tanah akan habis. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi banyak pihak. Salah satunya adalah para petani yang memiliki sumur. Para petani harus menggali sumur mereka lebih dalam untuk mendapatkan air.

Satelit GRACE telah menunjukkan kondisi air bawah tanah di Murray Darling Basin, Australia. Air bawah tanah di sana sama sekali belum pulih.

Sejak tahun 2011 dimana terjadinya kekeringan millennium. Satelit GRACE juga menunjukkan bahwa air tawar di Greenland dan Antartika Barat menyusut lebih cepat.

Satelit GRACE mampu memberikan informasi akurat tentang banyaknya es yang mencair. Selain itu GRACE juga mampu menginformasikan es yang mencair yang mengalir ke lautan.

Bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi siklus air dan sumber daya air. Secara tidak langsung saterlit GRACE juga berkontribusi untuk melihat dengan jelas efek dari perubahan iklim yang sedang terjadi di dunia.

Satelit GRACE bekerja dengan prinsip gravitasi. Setiap perubahan gaya gravitasi dari massa air akan mempengaruhi satelit menjadi cepat atau melambat.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, satelit GRACE dilengkapi dengan laser. Laser akan mengukur perubahan kecepatan tersebut. Satelit GRACE difungsikan dengan dua buah perangkat.

Masing-masing memiliki laser dan masing-masing bergerak. Meski demikian, kedua satelit tetap terhubung satu sama lain dalam jarak hingga dua ratus kilometer.

Bagi kalian yang ingin update berbagai informasi menarik, berita terkini, berita terhangat dan berita viral, terus kunjungi Beritaterbuka.com.