Format Piala Eropa 2020 Tidak akan Digunakan Lagi

Selain mengikuti perkembangan mengenai tim kesayangan kita, kita juga bisa mengikuti informasi mengenai Piala Eropa melalui berita sepak bola terkini. Berdasarkan keterangan dari Aleksander Ceferin selaku presiden UEFA, dirinya tidak akan mendukung adanya format Piala Eropa yang digunakan kali ini, yakni Piala Eropa 2020. Hal ini dikarenakan format tersebut dianggap tidak adil.

Piala Eropa 2020 digelar menggunakan format yang berbeda dengan ajang sebelumnya. Hal ini dikarenakan ajang Piala Eropa 2020 dilangsungkan di 11 negara berbeda. Sebelas negara tersebut ialah Italia, Inggris, Rumania, Spanyol, Azerbaijan, Rusia, Belanda, Skotlandia, Denmark, Jerman, serta Hongaria.

Saat ini, Piala Eropa 2020 sudah mencapai partai final. Inggris akan berhadapan melawan Italia pada final ini. Pertandingan ini akan diadakan di Stadium Wembley pada Senin, 12 Juli 2021 dini hari WIB. Format Piala Eropa Sendiri dianggap membuat beberapa negara kerepotan karena mereka harus berpindah dari satu negara ke negara lainnya ketika berlaga.

Swiss menjadi negara yang harus menempuh jarak perjalanan jauh pada Piala Eropa 2020 ini dengan jarak sepanjang 15.486 km. Hal ini dikarenakan adanya La Nati yang harus berlaga pada empat negara berbeda, yakni Italia, Rusia, Rumania, serta Azerbaijan sebelum akhirnya tersingkir pada perempat final.

Sementara itu, negara yang menempuh perjalanan pendek pada Piala Eropa 2020 ini ialah Skotlandia dengan jarak 1.108 km. Skotlandia sendiri mentok pada fase group yang hanya memainkan laga di rumah mereka, Hampden Park serta Wembley di Inggris.

Selaku presiden UEFA, Aleksander Caferin mengakui bahwa format Piala Eropa 2020 ini sangat adil dan menyulitkan bagi beberapa negara serta para pecinta sepak bola yang juga turut menyaksikan langsung pertandingan. Oleh karena itu, Caferin menegaskan bahwa UEFA tidak akan lagi menggunakan format ini pada edisi Piala Eropa berikutnya.

“Saya tidak akan mendukungnya lagi,” tutur Ceferin kepada BBC Sport. “Dalam penerapannya, ini tidak tepat karena ada beberapa tim yang harus melakukan perjalanan lebih dari 10.000 km.Sementara yang lain hanya menempuh 1.000 km. “Ini tidak adil bagi fan yang harus berada di Roma dan kemudian harus berpindah ke Baku beberapa hari kemudian. Itu penerbangan empat setengah jam.


“Kami harus banyak bepergian, ke negara-negara dengan yurisdiksi, mata uang yang berbeda, dan di lingkup negara-negara Uni Eropa (UE) dan Non Uni Eropa, jadi itu tidak mudah,” jelasnya. Ceferin menambahkan bahwa dirinya tidak bisa mengubah format pada Piala Eropa 2020 ini karena hal ini sudah diputuskan sebelum dirinya menjadi presiden. Sementara itu, Ceferin baru diangkat menjadi presiden UEFA pada tahun 2019 dengan masa jabatan hingga tahun 2023.


“Itu adalah format yang diputuskan sebelum saya datang (ke posisi ini) dan saya menghormatinya. Ini adalah ide yang menarik tetapi sulit untuk diterapkan. Saya tidak berpikir kami akan menerapkannya lagi,” tutur Ceferin.

Pada dasarnya, terlepas dari adanya ajang baru Nations League, Piala Eropa memiliki prestise yang tetap tidak tertandingi dan masih menjadi salah satu kompetisi sepakbola internasional paling bergengsi di Benua Biru.

Piala Eropa 2020 sendiri ini merupakan edisi ke-16 turnamen yang seharusnya diselenggarakan tahun lalu, akan tetapi terpaksa diundur menjadi tahun ini karena merebaknya pandemi corona. Kini, dalam hitungan hari kita akan mengetahui, apakah Italia atau Inggris yang akan mendapatkan gelar sebagai Juara Pertama Piala Eropa 2020.